Rabu, 21 April 2010

makalah psikologi pada masa kanak-kanak

Makalah
PSIKOLOGI PADA KANAK-KANAK
Disusun
O
L
E
H
KELOMPOK II

ANDINA PUTRI ASMARA SANTY
FITRIANI SAIN
JUWITA MUSLIM
MIRAWATI FRANS JOSEPH
NINGSIH PAULU
PUTRI RAHMAWATY
RAHMAWATY BUO
SARTIKA OLII
SHELLA PUSPITA
TATI NURHAYATI ALI
TITI SANTRI HULOPANGO
WANTI DUNGGIO







Dosen pengajar : Ramli Abudi,S.Psi,M.kes
TINGKAT 1B KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES GORONTALO
TA. 2009/2010

PSIKOLOGI PADA KANAK-KANAK

1.Pengertian kanak-kanak
Anak-anak (juga digelarkan budak atau anak kecil) ialah manusia yang mudah, yaitu seorang yang masih belum mencapai baligh. Peringkat perkembangan manusia adalah sebagaimana berikut:
tua
dewasa
remaja
kanak-kanak
bayi
Istilah kanak-kanak adalah berbeda dengan anak meskipun mempunyai kaitan yang sangat rapat.









2.Adaptasi pada masa kanak-kanak dan remaja

Adaptasi pada masa kanak-kanak dan remaja belum banyak mendapat perhatian (Smet, 1998). Karena tidak adanya model perkembangan tentang coping semasa kanak-kanak dan remaja , maka banyak digunakan model coping pada orang dewasa, seperti model Lazarus (Eiser, 1990) mengatakan bahwa riset tentang coping pada remaja telah dilakukan tetapi sebagian besar dengan sampel klinis, mengabaikan keterampilan coping yang ada pada `orang muda yang normal`. Bagaimanapun menurutnya, pergantian penekanan dapat diamati, yang mungkin disebabkan oleh perkembangan baru-baru ini dalam teori tentang remaja. Remaja semakin dipandang sebagai “producer of his development“ yang menguasai transisi menuju masa dewasa dengan secara tetap mengatasi tugas-tugas perkembangan yang relevan.


PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI PADA ANAK SESUI TAHAP PERKEMBANGAN

A.Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang berkonsentrasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Kartini, 1992). Kedua proses ini berlangsung secara independen, saling bergantung satu sama lainnya. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yamg murni berdiri sendiri-sendiri akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih mudah memahaminya.

Definisi : pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam passage (peredaran waktu) tertentu.

Pertumbuhan dapat diartikan pula sebagai : proses trasmisi dari konstitusi fisik (resam tubuh, keadaan jasmaniah) yang herediter / turun temurun dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.

Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertanbah panjangnya badan anak, tubuh bertambah berat, tulang-tulang jadi lebih panjang-berat-kuat, perubahan dalam system persyarafan; dan perubahan-perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Dengan begitu, pertumbuhan bisa disebutkan pula sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.

Definisi : perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu, menuju kedewasaan.

Perkembangan dapat diartikan pula sebagai : proses trasmisi dari konstitusi psiko fisik yang herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan proses aktif menjadi secara kontinu.

Setiap fenomena / gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan pengaruh timbale balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan. Jelasnya perkembangan merupakan produk dari :
1.Pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik.
2.Pematangan fungsi-fungsi psikis, dan
3.Usaha “belajar“ oleh subjek/anak dalam mencobakan segenap potensialitas rohani dan jasmaninya.

B.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN












Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organis ini ada bermacam-macam (Hurlock, 1992) yaitu :
1.Faktor-faktor sebelum lahir. Misalnya : peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin
2.Faktor ketika lahir, antara lain adalah : intracranial haemorhagic atau perdarahan pada bagian kepala bayi, disebabakan oleh tekanan disebabakan oleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan.
3.Faktor sesudah lahir, antara lahir : oleh pengalaman traumatic ( luka-luka ) pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena bayi jatuh; kepala terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari ( zonnesteek ).
4.Faktor psikologis, antara lain bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua orang tuanya.


Perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis. Sebab perkembangan tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor secara stimulant yaitu :
1.Faktor herediter ( warisan sejak lahir,bawaan ).
2.Faktor lingkungan yang menguntungkan, atau yang merugikan.
3.Kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis.
4.Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.




Menurut Rahayu, dkk (1996),teori yang menyangkut tentang perkembangan anak sangat ragam polanya, akan tetapi secara sederhana dapat disebut disini antara lain :
1.Teori empirisme
2.Teori nativisme
3.Teori konvergensi
4.Teori rekapitulasi
5.Teori psikodinamika
6.Teori kemungkinan berkembang
7.Teori interaksionisme
Teori Empirisme
Tokoh utama teori ini adalah Francis Bacon ( Inggris 1561-1626 ) dan Jhon Locke (Inggris 1632-1704). Teori ini berpandangan bahwa : pada dasarnya anak lahir didunia ini, perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian menurut teori ini, pendididkan atau pengajaran anak pasti berhasil dalam usahanya membentuk pribadinya. Istilah lain dari teori ini adalah :
a.Teori optimisme ( Pedagogic optimism ) dengan alasan kerena teori ini sangat yakin dan optimis akan keberhasilan upaya pendidikan dalam membina kepribadian anak.
b.Teori yang berorientasi lingkungan ( Environmentalisme ), dinamakan karena lingkungan lebih banyak menentukan terhadap corak perkembangan anak.
c.Teori tabularasa : karena paham ini mengibaratkan anak lahir dalam kondisi putih bersih seperti meja lilin ( Tabula/table=meja;rasa=lilin).

Teori Nativisme

Tokoh utamanya adalah Shopenhouer (Jerman 1788-1860). Teori ini mengemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami ( kodrat ). Dan pembawaan ( Nativus=pembawaan ) inilah yang akan menentukan wujud kepribadiaan seseorang anak. Dengan demikian pendidikan bagi anak akan sia-sia dan tidak perlu lagi dihiraukan.
Istilah lain dari aliran ini disebut dengan :
a.Teori pessimism ( pedagogic-pessimism ), karena teori ini menolak, pesimis terhadap pengaruh luar.
b.Teori biologisme, disebabkan menitikberatkan pada factor biologis, factor keturunan (genetic) dan konstitusi atau keadaan psikofisik yang dibawa sejak lahir.



Teori Konvergensi
Konvergensi (Convergen=memusatkan pada satu titik; bertemu). Teori ini penganjur utamanya adalah William Stern dibantu istri setisnya Clara Stern. Diungkapkan bahwa perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh dua faktor yang saling menunjang, yakni faktor bakat dan faktor pengaruh lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan ( interpendence )seolah-olah memadu, bertemu dalam satu titik. Disini dapat dipahami bahwa kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila dibina oleh suatu pendidikan ( pengalaman ) yang baik serta ditopang oleh bakat yang merupakan pembawaan lahir.

Teori Rekapitulasi
Rekapitulasi (recapitulation) berarti ulangan, yang dimaksudkan disini adalah bahwa perkembangan jiwa anak adalh merupakan hasil ulangan dari perkembangan seluruh jenis manusia. Disimpulkan bahwa seseorang manusia akan mengalami tingkat masa sebagai berikut :
a.Masa berburu (merampok) sampai umur + 8 tahun, rupa kegiatannya antara lain menangkap binatang, bermain panah, main pistol-pistolan,dll.
b.Masa mengembala + 8-10 tahun, seorang anak senang memelihara binatang, ikan, kambing,dll.
c.Masa bertani, + 10-12 tahun, suka berkebun,memelihara dan menanam tanaman, bunga,dll.
d.Masa berdagang, + 12-14 tahun, gemar bermain pasar-pasaran, tukar menukar perangko, tukar gambar, dll.
e.Masa industi, 14 tahun keatas, anak mulai mencoba berkarya sendiri, membuat mainan, membuat kandang merpati,dll.
Pernyataan terkenal dari teori ini adalah : Otogenesa Recapitulatie Philogenesa ( perkembanagan satu jenis makhluk adalah mengulang perkembangan seluruhnya ). Sponsor utama teori ini adalah Hackel ( Jerman 1834-1919 ) dan diikuti oleh Stanley Hall ( Amerika Serikat 1846-1926 ).

Teori Psikodinamika
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosioafektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri seseorang itu ukut menentukan dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya.




Teori Perkembangan Berkembang
Teori ini berlandaskan pada alasan-alasan :
a.Anak adalah makhluk manusia yang hidup.
b.Waktu dilahirkan anak dalam kondisi tidak berdaya, sehingga membutuhkan perlindungan.
c.Dalam perkembangan anak memerlukan kegiatan yang bersifat pasif ( menerima ) dan aktif ( eksplorasi ).
Yang menyampaikan teori ini dalah Dr. M.J. Langeveld salah seorang ilmuan dari Belanda.

Teori Interaksionisme

Bahwa menurut teori ini, perkembangan jiwa atau perilaku anak banyak ditentukan oleh adanya dialektif dengan lingkungannya. Maksudnya, perkembangan kognitif seorang anak bukan merupakan perkembangan yang wajar, melainkan ditentukan oleh interaksi budaya.

Pengaruh yang datang dari pengalaman dalam berinteraksi budaya, serta dari penanaman nilai-nilai lewat pendidikan ( disebut trasmisi social ) itu diharapkan mencapai suatu stadium yang disebut “ekuilibrasi”. Yakni keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi pada diri anak.

Hukum Perkembangan
Suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif, dan menunjukkan adanya hubungan yang ajeng (kontinu) serta dapat diramalkan sebelumnya antara variable-variabel yang empiric, hal itu lazimnya disebut sebagai hokum perkembangan.
Hukum-hukum perkembangan tersebut antara lain :
1.Hukum tempo perkembangan
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak itu berlainan,menurut temponya masing-masing. Perkembangan anak ada yang cepat ( tempo singkat ) ada pula yang terlambat.yang cepat (tempo singkat) ada pula yang terlambat.
2.Hukum Irama Perkembangan
Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak, akan tetapi irama atau rythme perkembangan. Jadi perkembangan anak itu mengalami “pasang surut”, mulai lahir hingga dewasa, kadang kala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam bidang tertentu.
3.Hukum kovergensi perkembangan
Pandangan pendidikan tradisional dimasa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya.
4.Hukum kesatuan organ
Tiap-tiap anak berdiri dari organ-organ (anggota) tubuh,yang merupakan satu kesatuan, diantara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral.
5.Hukum hierarchi perkembangan
Bahwa perkembangan anak tidak mungkin akan mencapai suatu phase tertentu dengan cara spontan atau sekaligus, akan tetapi harus melalui tingkat-tingkat/tahapan tertentu yang telah tersusun sedemikian rupa. Sehingga perkembangan diri seseorang menyerupai Derek perkembangan.
6.Hukum masa peka
Masa peka adalah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang sutu fungsi kejiwaan atau fisik seorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara serempak/bersamaan antara satu dengan yang lainnya.
7.Perkembangan memperkembangan diri
Dalam kehidupan muncul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri.
8.Hukum rekapitulasi
Hukum ini kelanjutan dari teori rekapitulasi, yakni perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia. Dari masa berburu hingga masa industry.

C. GANGGUAN-GANGGUAN PERKEMBANGAN DAN DEVIASI
1.Anak dengan gangguan belajar
Pentingnya menmgerti faktor-faktor yang menghambat proses belajar membaca dan berhitung, menyebabkan adanya pemberian definisi yang bermacam-macam mengenai apa yang dimaksudkan dengan gangguan belajar.
Dumont memberikan definisi: “gangguan belajar adalah penyimpangan dalam proses belajar yang berhubungan dengan diskrepansi yang signifikan antara kemampuan yang diperkirakan untuk bahasa dan berpikir dengan tingkat prestasi yang nyata dalam bahasa dan berpikir”. Lepas dari kesukaran dan gangguan yang timbul karena kerusakan otak, maka perlu sekali, demi kepentingan psikologis dan pendidikan, untuk lebih lanjut dapat mengenal gangguan belajar yang disebabkan oleh factor motivasional atau factor sosialisasi. Hal ini terutama berkenaan dengan gangguan bahasa, gangguan membaca dan menulis.
2.Anak autistic
Kata autisme, diambil dari kata yunani “autos” = “aku”, dalam pengertian non ilmiah mudah menimbulkan interpretasi bahwa semua anak yang bersikap sangat mengarah kepada dirinya sendiri karena sebab apapun, disebut autistic. Suatu autistiform atau tingkah laku autis semu semacam itu dapat timbul karena “kekurangan pemeliharaan yang hangat” (Grewel dkk., 1954). Keadaan itu tidak perlu merupakan autisme yang sungguh-sungguh. Perkembangan si anak dapat saja terhambat karena tidak adanya pemeliharaan efektif, jadi karena penelantaran efektif. Bila penelantaran itu dibarengi oleh ketidakadanya aturan,keajegan dan struktur dalam milieu pendidikan dapat timbul gangguan-gangguan yang sungguh yang baru akan timbul kemudian.
Ciri khas autisme adalah bahwa mereka sejak dilahirkan memiliki kontak sosial yang sangat terbatas. Perhatian mereka hampir tidak tertuju pada orang-orang lain, melainkan hanya pada benda-benda mati.
3.Anak sukar didik

Mendidik adalah memberikan bantuan pada orang lain yang “Menimbulkan hidup”. Dalam bantuan yang “Menimbulkan hidup” tadi ada ketegangan antara membimbing dan membiarkan. Adanya ketegangan ini dapat menerangkan bahwa dalam pendidikan tadi selalu akan timbul berbagai kesulitan : “Kesulitan pendidikan dapat timbul dalam setiap keluarga”. Salah satu lembaga pendidikan yang paling fundamental adalah keluarga.
Anak yang memberikan sedikit atau bahkan banyak kesukaran atau problema belum termasuk anak yang sukar didik. Anak yang betul-betul tergolong anak sukar-didik harus di didik di luar rumah (dalam perumahan khusus) dan di masukkan ke sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak sukar didik. Hal yang terakhir sering dilakukan atas perintah hakim (atau polisi) dan biasanya sesudah terjadi banyak kesukaran di rumah dan di luar rumah. Biasanya di ikiti dengan pemeriksaan psikolog, psikiater, dan atau orthopedagog. Anak yang sukar didik ini tidak hanya merupakan problema bagi diri sendiri, melainkan juga merupakan problema bagi lingkungannya karena ketidaktenangan yang tinggi, tingkah laku yang menyimpang, cara-cara ‘acting out’ yang berbahaya dan sering kali agresif, sedangkan “sukar sekali untuk menimbulkan pengertian rasional kepada mereka mengenai keadaannya”.

4.Anak-anak delinkuen

Bila anak yang mengalami gangguan belajar banyak di jumpai pada periode sekolah, maka anak yang delinkuen banyak di jumpai pada masa-masa sesudahnya. Mungkin hal ini disebabkan karena tindakan yang melanggar hukum, yang merupakan cirri tindakan anak delinkuen, masih bisa di maafkan dan tidak disebut kriminalitas bila dilakukan oleh anak pra sekolah dan anak pada masa sekolah.
Sebaliknya telah diketahui bahwa delinkuensi bertambah dengan lambat pada bagian pertama masa remaja, tetapi segera melonjak pada bagian kedua masa itu. Dalam perbandingan dengan anak remaja bukan delinkuensi ternyata bahwa remaja delinkuen biasanya lebih mempunyai kepercayaan diri, memberontak, ambivalen, impulsive, dan menunjukkan kontrol batin yang kurang.
Anak-anak wanita delinkuen lebih banyak datang dari milineum yang terganggu. Diketemukan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh delinkuen wanita dan anak-anak wanita kebanyakan pencurian, penggedoran, dan pelanggaran kekerasan.

5.Penganiayaan anak

Menurut Straus dkk 1980 membedakan antara kekerasan yang “normal” dengan kekerasan “kasar”. Yang terakhir ini juga disebut penganiayaan yang dapat menimbulkan cedera pada orang yang dikenai penganiayaan itu nampak secara jelas dan kadang-kadang tidak bisa hilang lagi. Batas antara hokum fisik (kekerasan yang normal) dan penganiayaan sering sukar ditentukan.
Disamping penganiayaan fisik terdapat juga penganiayann psikis. Incest dengan anak mencakup kedua sifat penganiayaan. Faktor-faktor sosial mempunyai arti penting kekerasan tadi lebih banyak di temukan pada keluarga yang masih muda, lebih banyak pada keluarga miskin, lebih banyak pada kelompok penganggur dan pekerja part-timer, lebih banyak di kota dari pada di desa. Justru karena faktor-faktor sosial ekonomi memegang peran penting, maka mereka meragukan akan efektivitas konseling individual bila situasi sosial tidak di perbaiki.

6.Alienasi dan pecandu

Untuk dapat mencapai sesuatu yang baru, orang harus merasa asing terhadap situasi yang sekarang. Tetapi alienasi itu juga selalu mengandung suatu kehilangan atau bahkan suatu tindakan memutuskan dengan hubungan-hubungan yang lama. Dan meskipun hal itu juga dapat menyebabkan problema yang sungguh-sungguh terutama anak-anak muda yang sedang dalam periode melepaskan dirinya dari rumah.
Bila perkembangan itu terutama dalam masa remaja mengandung arti bahwa para remaja tadi akan melepaskan diri dari keluarga. Hal itu jelas dapat di lihat : mereka kurang menggantungkan diri pada orang tua, mereka lebih mencari hubungan di luar lingkungan keluarga, terutama teman-teman sebaya.
Ada berbagai sebab mengapa para remaja memakai “Drug” yaitu misalnya ingin tahu, tekanan teman sebaya, menentang orang tua, pelarian (menolak masalah, tugas atau pertanggung jawab), memberontak terhadap otoritas dan masyarakat yang di rasa asing.
















DAFTAR PUSTAKA


http://www.google.co.id/search?hl=id&q=kanak-kanak&start=0&sa=N
Hesti Widyasih, Eko Suryani. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta:Fitramaya, 2009.

makalah psikologi pada masa kanak-kanak

Makalah
PSIKOLOGI PADA KANAK-KANAK
Disusun
O
L
E
H
KELOMPOK II

ANDINA PUTRI ASMARA SANTY
FITRIANI SAIN
JUWITA MUSLIM
MIRAWATI FRANS JOSEPH
NINGSIH PAULU
PUTRI RAHMAWATY
RAHMAWATY BUO
SARTIKA OLII
SHELLA PUSPITA
TATI NURHAYATI ALI
TITI SANTRI HULOPANGO
WANTI DUNGGIO







Dosen pengajar : Ramli Abudi,S.Psi,M.kes
TINGKAT 1B KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES GORONTALO
TA. 2009/2010

PSIKOLOGI PADA KANAK-KANAK

1.Pengertian kanak-kanak
Anak-anak (juga digelarkan budak atau anak kecil) ialah manusia yang mudah, yaitu seorang yang masih belum mencapai baligh. Peringkat perkembangan manusia adalah sebagaimana berikut:
tua
dewasa
remaja
kanak-kanak
bayi
Istilah kanak-kanak adalah berbeda dengan anak meskipun mempunyai kaitan yang sangat rapat.









2.Adaptasi pada masa kanak-kanak dan remaja

Adaptasi pada masa kanak-kanak dan remaja belum banyak mendapat perhatian (Smet, 1998). Karena tidak adanya model perkembangan tentang coping semasa kanak-kanak dan remaja , maka banyak digunakan model coping pada orang dewasa, seperti model Lazarus (Eiser, 1990) mengatakan bahwa riset tentang coping pada remaja telah dilakukan tetapi sebagian besar dengan sampel klinis, mengabaikan keterampilan coping yang ada pada `orang muda yang normal`. Bagaimanapun menurutnya, pergantian penekanan dapat diamati, yang mungkin disebabkan oleh perkembangan baru-baru ini dalam teori tentang remaja. Remaja semakin dipandang sebagai “producer of his development“ yang menguasai transisi menuju masa dewasa dengan secara tetap mengatasi tugas-tugas perkembangan yang relevan.


PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI PADA ANAK SESUI TAHAP PERKEMBANGAN

A.Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang berkonsentrasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Kartini, 1992). Kedua proses ini berlangsung secara independen, saling bergantung satu sama lainnya. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yamg murni berdiri sendiri-sendiri akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih mudah memahaminya.

Definisi : pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam passage (peredaran waktu) tertentu.

Pertumbuhan dapat diartikan pula sebagai : proses trasmisi dari konstitusi fisik (resam tubuh, keadaan jasmaniah) yang herediter / turun temurun dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.

Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertanbah panjangnya badan anak, tubuh bertambah berat, tulang-tulang jadi lebih panjang-berat-kuat, perubahan dalam system persyarafan; dan perubahan-perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Dengan begitu, pertumbuhan bisa disebutkan pula sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.

Definisi : perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu, menuju kedewasaan.

Perkembangan dapat diartikan pula sebagai : proses trasmisi dari konstitusi psiko fisik yang herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan proses aktif menjadi secara kontinu.

Setiap fenomena / gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan pengaruh timbale balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan. Jelasnya perkembangan merupakan produk dari :
1.Pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik.
2.Pematangan fungsi-fungsi psikis, dan
3.Usaha “belajar“ oleh subjek/anak dalam mencobakan segenap potensialitas rohani dan jasmaninya.

B.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN












Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organis ini ada bermacam-macam (Hurlock, 1992) yaitu :
1.Faktor-faktor sebelum lahir. Misalnya : peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin
2.Faktor ketika lahir, antara lain adalah : intracranial haemorhagic atau perdarahan pada bagian kepala bayi, disebabakan oleh tekanan disebabakan oleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan.
3.Faktor sesudah lahir, antara lahir : oleh pengalaman traumatic ( luka-luka ) pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena bayi jatuh; kepala terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari ( zonnesteek ).
4.Faktor psikologis, antara lain bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua orang tuanya.


Perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis. Sebab perkembangan tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor secara stimulant yaitu :
1.Faktor herediter ( warisan sejak lahir,bawaan ).
2.Faktor lingkungan yang menguntungkan, atau yang merugikan.
3.Kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis.
4.Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.




Menurut Rahayu, dkk (1996),teori yang menyangkut tentang perkembangan anak sangat ragam polanya, akan tetapi secara sederhana dapat disebut disini antara lain :
1.Teori empirisme
2.Teori nativisme
3.Teori konvergensi
4.Teori rekapitulasi
5.Teori psikodinamika
6.Teori kemungkinan berkembang
7.Teori interaksionisme
Teori Empirisme
Tokoh utama teori ini adalah Francis Bacon ( Inggris 1561-1626 ) dan Jhon Locke (Inggris 1632-1704). Teori ini berpandangan bahwa : pada dasarnya anak lahir didunia ini, perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian menurut teori ini, pendididkan atau pengajaran anak pasti berhasil dalam usahanya membentuk pribadinya. Istilah lain dari teori ini adalah :
a.Teori optimisme ( Pedagogic optimism ) dengan alasan kerena teori ini sangat yakin dan optimis akan keberhasilan upaya pendidikan dalam membina kepribadian anak.
b.Teori yang berorientasi lingkungan ( Environmentalisme ), dinamakan karena lingkungan lebih banyak menentukan terhadap corak perkembangan anak.
c.Teori tabularasa : karena paham ini mengibaratkan anak lahir dalam kondisi putih bersih seperti meja lilin ( Tabula/table=meja;rasa=lilin).

Teori Nativisme

Tokoh utamanya adalah Shopenhouer (Jerman 1788-1860). Teori ini mengemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami ( kodrat ). Dan pembawaan ( Nativus=pembawaan ) inilah yang akan menentukan wujud kepribadiaan seseorang anak. Dengan demikian pendidikan bagi anak akan sia-sia dan tidak perlu lagi dihiraukan.
Istilah lain dari aliran ini disebut dengan :
a.Teori pessimism ( pedagogic-pessimism ), karena teori ini menolak, pesimis terhadap pengaruh luar.
b.Teori biologisme, disebabkan menitikberatkan pada factor biologis, factor keturunan (genetic) dan konstitusi atau keadaan psikofisik yang dibawa sejak lahir.



Teori Konvergensi
Konvergensi (Convergen=memusatkan pada satu titik; bertemu). Teori ini penganjur utamanya adalah William Stern dibantu istri setisnya Clara Stern. Diungkapkan bahwa perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh dua faktor yang saling menunjang, yakni faktor bakat dan faktor pengaruh lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan ( interpendence )seolah-olah memadu, bertemu dalam satu titik. Disini dapat dipahami bahwa kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila dibina oleh suatu pendidikan ( pengalaman ) yang baik serta ditopang oleh bakat yang merupakan pembawaan lahir.

Teori Rekapitulasi
Rekapitulasi (recapitulation) berarti ulangan, yang dimaksudkan disini adalah bahwa perkembangan jiwa anak adalh merupakan hasil ulangan dari perkembangan seluruh jenis manusia. Disimpulkan bahwa seseorang manusia akan mengalami tingkat masa sebagai berikut :
a.Masa berburu (merampok) sampai umur + 8 tahun, rupa kegiatannya antara lain menangkap binatang, bermain panah, main pistol-pistolan,dll.
b.Masa mengembala + 8-10 tahun, seorang anak senang memelihara binatang, ikan, kambing,dll.
c.Masa bertani, + 10-12 tahun, suka berkebun,memelihara dan menanam tanaman, bunga,dll.
d.Masa berdagang, + 12-14 tahun, gemar bermain pasar-pasaran, tukar menukar perangko, tukar gambar, dll.
e.Masa industi, 14 tahun keatas, anak mulai mencoba berkarya sendiri, membuat mainan, membuat kandang merpati,dll.
Pernyataan terkenal dari teori ini adalah : Otogenesa Recapitulatie Philogenesa ( perkembanagan satu jenis makhluk adalah mengulang perkembangan seluruhnya ). Sponsor utama teori ini adalah Hackel ( Jerman 1834-1919 ) dan diikuti oleh Stanley Hall ( Amerika Serikat 1846-1926 ).

Teori Psikodinamika
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosioafektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri seseorang itu ukut menentukan dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya.




Teori Perkembangan Berkembang
Teori ini berlandaskan pada alasan-alasan :
a.Anak adalah makhluk manusia yang hidup.
b.Waktu dilahirkan anak dalam kondisi tidak berdaya, sehingga membutuhkan perlindungan.
c.Dalam perkembangan anak memerlukan kegiatan yang bersifat pasif ( menerima ) dan aktif ( eksplorasi ).
Yang menyampaikan teori ini dalah Dr. M.J. Langeveld salah seorang ilmuan dari Belanda.

Teori Interaksionisme

Bahwa menurut teori ini, perkembangan jiwa atau perilaku anak banyak ditentukan oleh adanya dialektif dengan lingkungannya. Maksudnya, perkembangan kognitif seorang anak bukan merupakan perkembangan yang wajar, melainkan ditentukan oleh interaksi budaya.

Pengaruh yang datang dari pengalaman dalam berinteraksi budaya, serta dari penanaman nilai-nilai lewat pendidikan ( disebut trasmisi social ) itu diharapkan mencapai suatu stadium yang disebut “ekuilibrasi”. Yakni keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi pada diri anak.

Hukum Perkembangan
Suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif, dan menunjukkan adanya hubungan yang ajeng (kontinu) serta dapat diramalkan sebelumnya antara variable-variabel yang empiric, hal itu lazimnya disebut sebagai hokum perkembangan.
Hukum-hukum perkembangan tersebut antara lain :
1.Hukum tempo perkembangan
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak itu berlainan,menurut temponya masing-masing. Perkembangan anak ada yang cepat ( tempo singkat ) ada pula yang terlambat.yang cepat (tempo singkat) ada pula yang terlambat.
2.Hukum Irama Perkembangan
Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak, akan tetapi irama atau rythme perkembangan. Jadi perkembangan anak itu mengalami “pasang surut”, mulai lahir hingga dewasa, kadang kala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam bidang tertentu.
3.Hukum kovergensi perkembangan
Pandangan pendidikan tradisional dimasa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya.
4.Hukum kesatuan organ
Tiap-tiap anak berdiri dari organ-organ (anggota) tubuh,yang merupakan satu kesatuan, diantara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral.
5.Hukum hierarchi perkembangan
Bahwa perkembangan anak tidak mungkin akan mencapai suatu phase tertentu dengan cara spontan atau sekaligus, akan tetapi harus melalui tingkat-tingkat/tahapan tertentu yang telah tersusun sedemikian rupa. Sehingga perkembangan diri seseorang menyerupai Derek perkembangan.
6.Hukum masa peka
Masa peka adalah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang sutu fungsi kejiwaan atau fisik seorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara serempak/bersamaan antara satu dengan yang lainnya.
7.Perkembangan memperkembangan diri
Dalam kehidupan muncul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri.
8.Hukum rekapitulasi
Hukum ini kelanjutan dari teori rekapitulasi, yakni perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia. Dari masa berburu hingga masa industry.

C. GANGGUAN-GANGGUAN PERKEMBANGAN DAN DEVIASI
1.Anak dengan gangguan belajar
Pentingnya menmgerti faktor-faktor yang menghambat proses belajar membaca dan berhitung, menyebabkan adanya pemberian definisi yang bermacam-macam mengenai apa yang dimaksudkan dengan gangguan belajar.
Dumont memberikan definisi: “gangguan belajar adalah penyimpangan dalam proses belajar yang berhubungan dengan diskrepansi yang signifikan antara kemampuan yang diperkirakan untuk bahasa dan berpikir dengan tingkat prestasi yang nyata dalam bahasa dan berpikir”. Lepas dari kesukaran dan gangguan yang timbul karena kerusakan otak, maka perlu sekali, demi kepentingan psikologis dan pendidikan, untuk lebih lanjut dapat mengenal gangguan belajar yang disebabkan oleh factor motivasional atau factor sosialisasi. Hal ini terutama berkenaan dengan gangguan bahasa, gangguan membaca dan menulis.
2.Anak autistic
Kata autisme, diambil dari kata yunani “autos” = “aku”, dalam pengertian non ilmiah mudah menimbulkan interpretasi bahwa semua anak yang bersikap sangat mengarah kepada dirinya sendiri karena sebab apapun, disebut autistic. Suatu autistiform atau tingkah laku autis semu semacam itu dapat timbul karena “kekurangan pemeliharaan yang hangat” (Grewel dkk., 1954). Keadaan itu tidak perlu merupakan autisme yang sungguh-sungguh. Perkembangan si anak dapat saja terhambat karena tidak adanya pemeliharaan efektif, jadi karena penelantaran efektif. Bila penelantaran itu dibarengi oleh ketidakadanya aturan,keajegan dan struktur dalam milieu pendidikan dapat timbul gangguan-gangguan yang sungguh yang baru akan timbul kemudian.
Ciri khas autisme adalah bahwa mereka sejak dilahirkan memiliki kontak sosial yang sangat terbatas. Perhatian mereka hampir tidak tertuju pada orang-orang lain, melainkan hanya pada benda-benda mati.
3.Anak sukar didik

Mendidik adalah memberikan bantuan pada orang lain yang “Menimbulkan hidup”. Dalam bantuan yang “Menimbulkan hidup” tadi ada ketegangan antara membimbing dan membiarkan. Adanya ketegangan ini dapat menerangkan bahwa dalam pendidikan tadi selalu akan timbul berbagai kesulitan : “Kesulitan pendidikan dapat timbul dalam setiap keluarga”. Salah satu lembaga pendidikan yang paling fundamental adalah keluarga.
Anak yang memberikan sedikit atau bahkan banyak kesukaran atau problema belum termasuk anak yang sukar didik. Anak yang betul-betul tergolong anak sukar-didik harus di didik di luar rumah (dalam perumahan khusus) dan di masukkan ke sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak sukar didik. Hal yang terakhir sering dilakukan atas perintah hakim (atau polisi) dan biasanya sesudah terjadi banyak kesukaran di rumah dan di luar rumah. Biasanya di ikiti dengan pemeriksaan psikolog, psikiater, dan atau orthopedagog. Anak yang sukar didik ini tidak hanya merupakan problema bagi diri sendiri, melainkan juga merupakan problema bagi lingkungannya karena ketidaktenangan yang tinggi, tingkah laku yang menyimpang, cara-cara ‘acting out’ yang berbahaya dan sering kali agresif, sedangkan “sukar sekali untuk menimbulkan pengertian rasional kepada mereka mengenai keadaannya”.

4.Anak-anak delinkuen

Bila anak yang mengalami gangguan belajar banyak di jumpai pada periode sekolah, maka anak yang delinkuen banyak di jumpai pada masa-masa sesudahnya. Mungkin hal ini disebabkan karena tindakan yang melanggar hukum, yang merupakan cirri tindakan anak delinkuen, masih bisa di maafkan dan tidak disebut kriminalitas bila dilakukan oleh anak pra sekolah dan anak pada masa sekolah.
Sebaliknya telah diketahui bahwa delinkuensi bertambah dengan lambat pada bagian pertama masa remaja, tetapi segera melonjak pada bagian kedua masa itu. Dalam perbandingan dengan anak remaja bukan delinkuensi ternyata bahwa remaja delinkuen biasanya lebih mempunyai kepercayaan diri, memberontak, ambivalen, impulsive, dan menunjukkan kontrol batin yang kurang.
Anak-anak wanita delinkuen lebih banyak datang dari milineum yang terganggu. Diketemukan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh delinkuen wanita dan anak-anak wanita kebanyakan pencurian, penggedoran, dan pelanggaran kekerasan.

5.Penganiayaan anak

Menurut Straus dkk 1980 membedakan antara kekerasan yang “normal” dengan kekerasan “kasar”. Yang terakhir ini juga disebut penganiayaan yang dapat menimbulkan cedera pada orang yang dikenai penganiayaan itu nampak secara jelas dan kadang-kadang tidak bisa hilang lagi. Batas antara hokum fisik (kekerasan yang normal) dan penganiayaan sering sukar ditentukan.
Disamping penganiayaan fisik terdapat juga penganiayann psikis. Incest dengan anak mencakup kedua sifat penganiayaan. Faktor-faktor sosial mempunyai arti penting kekerasan tadi lebih banyak di temukan pada keluarga yang masih muda, lebih banyak pada keluarga miskin, lebih banyak pada kelompok penganggur dan pekerja part-timer, lebih banyak di kota dari pada di desa. Justru karena faktor-faktor sosial ekonomi memegang peran penting, maka mereka meragukan akan efektivitas konseling individual bila situasi sosial tidak di perbaiki.

6.Alienasi dan pecandu

Untuk dapat mencapai sesuatu yang baru, orang harus merasa asing terhadap situasi yang sekarang. Tetapi alienasi itu juga selalu mengandung suatu kehilangan atau bahkan suatu tindakan memutuskan dengan hubungan-hubungan yang lama. Dan meskipun hal itu juga dapat menyebabkan problema yang sungguh-sungguh terutama anak-anak muda yang sedang dalam periode melepaskan dirinya dari rumah.
Bila perkembangan itu terutama dalam masa remaja mengandung arti bahwa para remaja tadi akan melepaskan diri dari keluarga. Hal itu jelas dapat di lihat : mereka kurang menggantungkan diri pada orang tua, mereka lebih mencari hubungan di luar lingkungan keluarga, terutama teman-teman sebaya.
Ada berbagai sebab mengapa para remaja memakai “Drug” yaitu misalnya ingin tahu, tekanan teman sebaya, menentang orang tua, pelarian (menolak masalah, tugas atau pertanggung jawab), memberontak terhadap otoritas dan masyarakat yang di rasa asing.
















DAFTAR PUSTAKA


http://www.google.co.id/search?hl=id&q=kanak-kanak&start=0&sa=N
Hesti Widyasih, Eko Suryani. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta:Fitramaya, 2009.